Pages

Friday, November 29, 2013

Dokter Tanpa Tarif? Ada!

 
Bahasan kali ini bukan cerita tentang aku yang baru masuk STAN, itu ntar kapan-kapan aja. Iya aku tau, kalian pada penasaran sama kehidupanku di STAN tapi kali ini ijinin aku buat ngeshare sesuatu yang bagus buat dibaca, apalagi kemarin habis ada demo tentang Kriminalisasi Dokter. Kalian pasti sering denger keluhan "Biaya kesehatan itu mahal banget, nggak mungkin terjangkau sama rakyat kecil" atau idiom "Orang miskin dilarang sakit". Think again bro. Beruntungnya, Indonesia masih punya seorang dokter yang benar-benar dokter, seorang dokter yang mau mengobati pasiennya tanpa pamrih dan tidak memungut biaya sepeserpun dari pasien yang kurang mampu. Namanya adalah dokter Lo Siaw Ging atau biasa dipanggil dokter Lo. Dokter keturunan Tionghoa yang umurnya sekitar 78 tahun dan berasal dari Solo, Jawa Tengah ini adalah dokter di RS Kasih Ibu, Solo, dan buka praktik di rumahnya tiap hari kecuali hari minggu. Ruang tunggu praktiknya juga pasti penuh. Pasiennya ga cuma dari Solo aja, tapi juga dari kota-kota sekitar Solo. Pasiennya juga macem-macem, dari tukang becak sampe pengusaha pun ada.

Beliau adalah dokter yang patut diacungi jempol. Selain dia ga pernah masang tarif berobat buat pasien yang kurang mampu, dia juga nggak ngebedain pasien kaya dan miskin dalam hal perlakuan medis. Dia malah marah kalo ada pasien yang nanyain tarif, padahal sendirinya ga punya uang. Bahkan beliau sering membantu pasien buat nebus resep. Ia akan nulis resep dan meminta pasien buat ngambil obat ke apotek secara gratis. Tiap akhir bulan, pihak apotek yang akan nagih harga obat ke dokter Lo. Oleh karena itu beliau harus bayar tagihan resep 8-10 jt per bulan. Nggak cuma biaya berobat dan resep yang gratis, misalnya pasien nggak mampu bayar operasi, maka beliau akan nyari donatur buat pasien agar bisa dioperasi.

Beliau pernah bilang, “saya tahu pasien mana yang mampu membayar dan tidak.  Untuk apa mereka membayar ongkos dokter dan obat kalau setelah itu tidak bisa membeli beras? Kasihan kalau anak-anaknya tidak bisa makan.”. Gaya bicaranya emang tegas dan cenderung galak. Nggak jarang beliau memarahi pasien yang nganggap enteng penyakit. Ia pernah benar-benar sangat marah sama seorang ibu karena baru membawa anaknya ke ruang prakteknya setelah mengalami panas tinggi selama empat hari. “Sampai sekarang masih banyak orang yang bersikap seperti itu. Memangnya penyakit itu bisa sembuh dengan sendirinya. Kalau sakit ya harus segera dibawa ke dokter. Jangan melakukan diagnosa sendiri!"

Toh meski galak, dokter Lo tetep dicintai sama masyarakat. Beliau jadi rujukan berobat terutama bagi mereka yang nggak mampu. Tapi beliau merasa apa yang sudah ia lakukan bukan sesuatu yang luar biasa dan nggak perlu dibesar-besarkan. Menurutnya, tugas dokter itu menolong pasien agar sehat kembali, apapun caranya. Meneurutnya, ia hanya membantu mereka yang membutuhkan pertolongan dokter, jadi nggak ada yang istimewa. Dulu waktu ada kerusuhan bakar-bakaran waktu orde baru di Solo, dia pun tetap buka praktik walaupun sangat berbahaya, karena dia ingin mengobati korban-korban yang berjatuhan saat ada kerusuhan tersebut. Dia malah diamankan oleh tetangga-tetangganya dan juga orang-orang dekatnya sampai kerusuhan berakhir. Dan inilah beberapa kutipan dari beliau yang bisa bikin hati terenyuh..

“Selama saya masih kuat, saya belum akan pensiun. Menjadi dokter itu baru pensiun kalau sudah tidak bisa apa-apa. Kepuasan bagi saya bisa membantu sesama, dan itu tidak bisa dibayar dengan uang, ”

“Rumah ini sudah cukup besar untuk kami berdua. Kalau ada penghasilan lebih, biarlah itu untuk mereka yang membutuhkan. Kebutuhan kami hanya makan. Bisa sehat sampai usia seperti sekarang ini saja, saya sudah sangat bersyukur. Semakin panjang usia, semakin banyak kesempatan kita untuk membantu orang lain, ”

”Jadi siapa pun pasien yang datang ke sini, miskin atau kaya, saya harus melayani dengan baik. Membantu membantu orang itu tidak boleh membeda-bedakan. Semuanya harus dilakukan dengan ikhlas. Profesi dokter itu menolong orang sakit, bukan menjual obat, ” 

Good job, dok, lanjutkan pekerjaan muliamu. Semoga kelak akan banyak lahir orang-orang mulia seperti Anda. :)

0 komentar:

Post a Comment